Friday, October 25, 2013

Tentangmu dan hujan kala itu

Karena ketika hujan, dirimu semakin terasa dekat. Dari itu aku membenci hujan.
Dirimu bukanlah awan hitam. Tapi setiap hujan turun aku tahu kamu pun disana memperhatikan.
Angin dan perpaduan air yang turun terasa merasuk tulang. Entah, aku merasa lemah saat itu.
Dirimu jauh aku tidak mempedulikan. Tapi jika hujan dirimu seakan terbang melekat ah apalah artinya jika hanya sebuah bayangan saja. Menyiksa.
Ribuan kali aku bilang, walaupun suaramu parau aku tetap mencintainya. Seakan harum tubuhmu pun seperti apa yang selalu kuhirup ketika aku bangun dari peraduan.
Rasanya tuhan menguji kita dalam bentuk jarak yang sangat jauh. Aku tidak kuat tapi dirimu selalu menguatkan dan bilang kita mampu melewati ujianya.
Aku selalu bilang padanya jika hendak pergi ke suatu tempat yang jauh pergilah tapi jangan biarkan aku terlalu lama menunggu. Aku benci membunuh waktu sendiri tanpamu.
Dulu waktu kita berjumpa untuk pertama kalinya aku sudah bahagia melihatmu datang lalu duduk disana. Aku selalu tampak acuh padamu hanya karna aku takut perasaanmu tak sama denganku.
Tapi saat ini saat perasaan kita sama, tuhan menginginkan aku agar hanya bisa merindukan dirimu. Bukan memilikimu seutuhnya di dekapku.
Hujan itu yang mengantarkanmu pergi. Dan air mata deras membasahi pipiku. Rasanya aku kutuk hari itu. Rasanya pelukanmu tak ingin kulepas. Tapi aku tak berdaya. Pesawatmu sudah menunggu.
Sekarang tinggal aku dan perasaan ini bergejolak ketika hujan datang. Dan kabar dirimu menghilang. Aku menunggu bukan karena aku tak mau menghubungimu dahulu. Karena aku bisa saja meneleponmu sesekali. Tapi aku menuggu karena dirimu. Dirimu yang akan menghubungiku dahulu. Jadi tak perlu setiap hari mempertanyakan dimana dirimu, sedang apa dan apakah aku masih disana. Dihatimu?
AF-

No comments:

Post a Comment